Rabu, 24 Maret 2010

Lukisan Tentang Yesus Tidak Sesuai Fakta


Suatu tim peneliti di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan penemuan yang menggemparkan terkait puluhan lukisan bertema suatu peristiwa sakral bagi umat Kristiani. Peristiwa yang dimaksud adalah "Perjamuan Akhir," yang digambarkan dalam puluhan lukisan, yang dibuat dalam kurun waktu 1.000 tahun.
Menurut tim peneliti, para pelukis - termasuk seniman legendaris Leonardo Da Vinci - ternyata melakukan kesalahan yang sama dalam melukis suasana perjamuan antara Yesus Kristus dan para murid sebelum dia disalib. Kesalahannya, para pelukis tampaknya memperbesar ukuran makanan dan piring dari ukuran yang sebenarnya kendati karya-karya mereka dibuat dalam kurun waktu yang berbeda.
Penemuan atas kesalahan berjama'ah para pelukis "Perjamuan Akhir" itu dipublikasikan dalam artikel di sebuah jurnal medis International Journal of Obesity, yang diterbitkan Selasa, 23 Maret 2010, atau beberapa hari sebelum peringatan Jumat Agung dan Hari Paskah. Memanfaatkan teknologi komputer, para peneliti membandingkan ukuran makanan dengan ukuran kepala dalam 52 lukisan Perjamuan Akhir.
Berdasarkan puluhan lukisan yang dibuat antara tahun 1000 hingga 2000, ukuran hidangan utama bertambah 69 persen; ukuran piring 66 persen; ukuran roti bertambah 23 persen.
Studi ini merupakan ide Wansink. Untuk dikaitkan dengan konteks Alkitab, dia mendapat bantuan dari saudaranya, Craig Wansink, profesor studi religi Virginia Wesleyan College.
Menurut Alkitab, Perjamuan Terakhir terjadi pada malam sebelum Jumat Agung, atau hari ketika Yesus disalib. Namun tidak dijelaskan secara spesifik makanan dan minuman yang disajikan selain roti dan anggur.
Sebagai bahan studi, dia menggunakan lukisan yang ditampilkan dalam buku "Last Supper" terbitan tahun 2000 oleh Phaidon Press. Mereka menampilkan lukisan yang mungkin merupakan lukisan paling populer mengenai perjamuan terakhir dari Leonardo da Vinci. Teknologi komputer memungkinkan peneliti melakukan scan, rotasi, dan mengkalkulasi gambar tanpa mempedulikan orientasi dalam lukisan.

Rabu, 10 Maret 2010

Virus Yang Menyerang Cabai

Banyak penyakit yang disebabkan oleh virus.Flu, cacar air, atau campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.Bahkan, dewasa ini banyak penyakit akibat virus yang cukup menghebohkan banyak orang, sebut saja AIDS, SARS, POLIO, dan flu burung.
Bagi para petani, serangan virus menjadi sesuatu yang menakutkan pula.Kita hidup di kota besar atau jau dari lahan pertanian mungkin tidak menyadari bahayanya. Tetapi, ternyata virus mampu menyebabkan ribuan hektar tanaman gagal panen. Petani kehilangan berton – ton pertanian.Kerugian ekonomi yang timbul akibat serangan virus bisa mencapai angka miliaran rupiah. Akhirnya, virus menjadi momok akibat dampaknya terhadap kesehatan juga pertanian.
Serangan penyakit yang disebabkan oleh virus telah membuat heboh dan mengagetkan banyak orang.Bagi para petani cabai, ternyata serangan virus telah menjadi sesuatu yang menakutkan pula.Betapa tidak, dalam beberapa tahun terakhir ini ribuan hektar cabai luluh lantak diterjang virus dengan gejala kuning keriting.Sejak tahun 2003, virus telah meresahkan dan merugikan petani di berbagai sentra tanaman cabai di Indonesia.Luas Perlidungan Holtikultura Departemen Pertanian RI, memperkirakan tingkat kehilangan hasil pertanian sekitar 1.626 ton.Dengan harga cabai di tingkat pertanian Rp.4.500,00 perkilogram (kg), maka tingkat kerugian mencapai Rp.7,31 miliar. Hingga saat ini, penyakit virus kuning pada cabai telah menyerang lahan tanaman cabai di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Bali, Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Nangroe Aceh Darussalam ( NAD ), Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Gorontalo. Di Sleman, virus yang lebih dikenal dengan bule amerika ini telah meluluh lantahkan lebih dari 116 hektar tanaman cabai.